Semua Tentang CILOK....!

Cilok [Aci dicolok]
Campuran tepung kanji dan tepung terigu yang dibentuk bulat, direbus dan disajikan dengan bumbu kacang...

Assalamua'laikum...
Wilujeng siang...

Dinten rebo, sapertos biasa rebo nyunda...
Najan ayeuna jajanan barudak teh tos sakinten seureurna, tapi cilok teu aya gentosna. Ti basa simkuring masih keneh bocah, dugi ka ayeuna, masih keneh aya. Buktos yen cilok masih keneh dipikaresep ku balerea. Da najan seueur mangkalna dipayuneun sakola barudak SD, tapi nu resep kana jajanan ieu teh sanes barudak hungkul, kolot oge resep. Salian memang raos, pangaos na oge teu patos awis, tiasa kajangkau ku sadaya.

Sababaraha dinten kamari, nyobian deui ngadamel cilok nyalira. lumayan, teu patos teuing liat. Da memang pami teu ahli mah sanajan katingalna enteng tapi pami asal-asalan cilokna teh sok liat, matak hese di teureuy... tah nu ieu mah tos rada lumayan, teu patos teuing liat, najan teu acan sampurna raraosan mah...^^
____________

Temen-temen yang pernah ke Bandung, atau mungkin, yang belum pernah, tapi pernah denger salah satu gedung pemerintahan di Bandung yang dikasih nama Gedung Sate?. Saya sempet mikir, sate kan identik dengan orang Madura, meskipun tiap daerah juga punya sate khasnya masing-masing, ada sate padang, sate Ponorogo, sate Maranggi, sate Betawi dll pokoknya, cuma yang sering terlintas dikepala kita, ketika mendengar sate, pasti sate Madura. Nah pertanyaanya, kenapa gedung pemerintahan di Bandung, justru dikenal dengan nama gedung sate, yang mana sate itu sendiri sama sekali bukan iconnya kota Bandung? Belakangan saya jadi bikin teori*ngacapruk, kalo sebenarnya yang ada dipuncak gedung sate itu, bukan sate tapi cilok! *ngikik

Jadi begini pemirsa, yang dimaksud gedung sate adalah sebuah bangunan pemerintahan pemprov Jabar yang di atas gedung tersebut terdapat ornamen tusuk sate pada menara sentralnya. Bangunan ini dibuat pada masa kolonial dengan desain yang sangat megah, dan anggun, dengan arsitektur bergaya Indo-Eropa. Konon katanya, yang menjadi ornamen tersebut, bukanlah sate, tetapi ornamen jambu air, hanya karena bertahun-tahun tidak dibersihkan, warnanya yang semula hijau jadi kehitam-hitaman tertutup debu. Meski begitu, godaan untuk berimajinasi liar dan mengganti nama gedung sate jadi gedung cilok kadang tak tertahankan...xixixi...

Okeh, kita tinggalkan gedung sate, mari sejenak berkenalan dengan jajanan super simple dan murah meriah ini. Cilok itu apa sih? cilok itu akronim dari aci dicolok, meskipun sekarang rasanya sudah tidak begitu relevan menyebut cilok dengan CILOK, lebih tepat disebut CISTIK, karena kebanyakan yang dijual si mamang, tidak lagi dicolok tapi dimasukin ke dalam plastik... cistik, cilok dalam plastik... bener kan?*nyengir... lalu cilok yang terkenal enak di Bandung yang di daerah mana aja? sebenarnya banyak sih, karena cilok hampir bisa ditemukan disetip sudut kota*halagh... tapi salah satu yang paling enak menurut saya yaitu yang dijual di depan Griya Ujungberung, cilok Mirasa namanya, terus ada juga Cilok Bapri, nah kalo yang ini mangkalnya dimana-mana... terus di Laswi juga ada Cilok Sari Rasa, ini enak banget, menurut testimoni dari yang pernah nyoba. Kemudian yang di depan Borma Setiabudi juga katanya lumayan enak...terus, cilok yang deket Unisba juga, bikin ketagian, katanya... kalo cilok-cilok yang lain rata-ratanya sih gak dikasih nama ya gerobak biasa aja... atau mungkin saya nya aja yang kurang tau :D. O yah sekarang cilok tidak hanya dikukus dan direbus aja tapi juga ada versi gorengnya. Kalo temen-temen lewat ke daerah Pasteur banyak yang jual disitu. Rasanya lebih mirip cimol, kalo menurut saya... [apa pula itu cimol? cimol, aci digemol].

Saya yakin belakangan cilok tidak hanya dikenal di Jawabarat saja, tapi sudah mulai merambah ke daerah-daerah lain, seiring dengan semakin populernya makanan ini lewat tulisan-tulisan para foodblogger [salah satunya]. Saya sendiri termasuk generasi yang tumbuh dengan jajanan cilok. Tidak tau siapa pencipta asalnya, tapi jajanan anak-anak SD ini, sudah begitu melegenda di daerah kami, tanah Priangan. Rasa-rasanya hampir tak ada anak kecil, orang Sunda, yang tidak tau cilok, bahkan anak saya yang masih balita, sudah hafal betul dan mulai tergila-gila dengan cilok.... 

Cilok adalah kudaapan orang-orang dari kalangan lower class, yang sama sekali gak ada prestisenya...*makanya itu juga kayaknya orang Jabar lebih senang menyebut gedung pemerintahannya dengan gedung sate, ketimbang gedung cilok...hihihi [keukeuh]. Cilok umumnya dijajakan oleh para penjual di dalam gerobak dorong atau gerobak yang ditanggung. Para penjual ini biasanya mangkal di depan sekolahan, makanya ini disebut juga jajanan anak SD, karena kebanyakan mangkalnya di situ. Tapi, sekarang cilok sudah mulai merambah ke tempat lain, bisa dimana aja, asal ada tempat rame, semacam depan supermarket gitu, kadang juga ada. Harganya murah meriah. Dengan uang 5000 rupiah sudah dapat sekantong cilok yang mengenyangkan. Meski begitu, sependek pengetahuan saya, cilok belumlah bisa naik pangkat dan masuk ke resto. Predikatnya tetaplah streetfood, meski belakangan di Bogor, sudah ada juga kedai yang menjual cilok dalam format lain. Cilok kuah sambel goang, katanya... Jadi ciloknya alih-alih dikasih saus kacang, justru dikasih kuah dengan tambahan ceker ayam, kemudian dikasih sambel. Menurut salah satu tabloid yang sempat saya baca-baca kemarin, konon katanya, "neo-cilok" ini laku keras... sayangnya jauh, jadi saya sendiri belum pernah icip-icip. Terus ada juga yang salah satu penjual yang juga kreatif,  mengkombinasikan jualan mochi dan cilok, jadilah Mochilok yang dijual di daerah sekitar Dipati Ukur. Jadi cilok yang dijual disitu tuh ada dua rasa ada yang original ada juga yang dibakar dengan saus barbeque...disajikannya dengan mayones dan saus sambal. Unik-unik ya....^^



Cilok [Aci dicolok]


Cilok versi autentik, sebenarnya seperti apa sih? cilok yang dari jaman baheula saya kenal, dibuat dari aci dan campuran tepung terigu supaya tidak begitu alot, kemudian diisi dengan gajih [lemak, sapi/ayam], lalu disiram dengan saus/bumbu kacang dikasih kucuran kecap dan saus sambal, bila suka. Cilok idealnya dikonsumsi saat masih panas/ hangat karena dalemannya yang berisi gajih itu tadi, jadinya kurang enak kalo sudah dingin, begitu juga dengan teksturnya yang akan jadi kurang chewy kalo dilama-lamain, makanya harus disantap saat masih hangat. Jangan sepelekan penambahan gajih dalam cilok, karena sesungguhnya disitulah aroma dan kesedapan cilok semakin terasa. Meskipun kini, boleh-boleh saja cilok dimodifikasi isiannya dengan aneka macam daging, ikan, sosis, telur puyuh, kornet atau pun jeroan, tetapi yang paling original dan yang paling sedap tetaplah yang isian gajih, menurut saya.  Akan beda rasanya jika cilok yang dibuat tanpa isi, [atau dengan isi tapi bukan gajih] dengan yang dikasih gajih... sayangnya karena gajih ini kurang sehat dikonsumsi, jadi saya memilih untuk tidak memakai itu. Juga tidak dikasih isian yang lain, semacam yang saya sebutin di atas, karena lagi hoream bangeed...ngerjainnya.

Teman-teman pasti sebagian sudah ada yang sering mencoba-coba bikin cilok, tapi tak puas dengan  hasilnya karena alot, agak melawan, dan bikin melotot saat ditelan...? seperti inikah cilok sesungguhnya? nggak... cilok memang chewy, tapi tidak alot, jadi kalo hasil yang dibikin alot, penyebabnya bisa karena kesalahan komposisi atau salah mengeksekusi, yang jelas belum ahli aja. Terus saya sendiri udah pinter bikin cilok? nggaaak...! justru itu, saya juga masih sama dudulnya huahahaha... Kadang saya sendiri suka patah hati karena hasilnya tidaklah se-perfect seperti yang dibikin si mamang....

Beberapa hari kemarin saya coba-coba lagi bikin, itu setelah sekian lamanya mati gaya dengan aneka resep cilok, baik yang saya karang-karang sendiri maupun dengan resep-resep yang banyak beredar di internet. Ah belum sukses juga pemirsa...! Jadi kebanyakan, resep cilok itu memakai komposisi 1:1 antara tepung kanji dengan tepung terigunya. Entah kenapa, kalo menurut saya, yang itu tetap saja masih terlalu alot untuk dikunyah, jadi, akhirnya dari terakhir percobaan yang saya bikin, saya kurangi tepung kanjinya lebih banyak, dan tepung terigunya yang justru lebih dominan. Hasilnya? lumayan pemirsa, setidaknya, saya tak perlu melotot lagi saat menalannya dan rahang pun tak terasa sakit saat mengunyah-ngunyah si cilok ini. Lumayanlah masih udah lebih mirip sama yang dijual disini. Pokoknya yang harus  diperhatikan saat mencampur adonan cilok yaitu penambahan airnya ya... Sebaiknya memakai air mendidih, tidak cuma sekedar panas. Kemudian, cilok yang sudah direbus, dikukus lagi, supaya tambah empuk. Dan yang paling penting dari kesemuanya adalah, saus atau bumbu kacangnya, harus mantap!

Nah, gimana... masih mau bereksperimen dengan cilok? berikut adalah hasil ujicoba terakhir saya, mudah-mudahan temen-temen juga suka...^^

CILOK

Cilok [Aci dicolok]




80 gr tepung aci [kanji]
170 gr tepung terigu
200-210 ml air mendidih
1/4 sdt garam
1/4 sdt kaldu bubuk
1/2 sdt merica
1 siung bawnag putih, parut
1 tangkai daun bawang, iris halus
Sejumput gula

Bumbu kacang
100 gr kacang tanah goreng
4 siung bawang merah
1 siung bawang putih
3 buah cabai keriting
2 sdm saus tomat
3 sdm kecap
50 gr gula merah
Gula pasir, untuk menguatkan rasanya
1/4 sdt kaldu bubuk
300-400 ml air
1 sdt tepung kanji, larutkan dengan sedikit air
2 lembar daun salam [bila suka]



Pertama kita siapkan bumbu kacangnya. Goreng kacang hingga matang, sisihkan. Goreng bawang dan cabe sebentar, sisihkan. Campurkan kacang, bawang dan cabe serta gula merah, blender atau ulek hingga halus.
Siapkan wajan, masukan sedikit minyak. Masukan kacang yang sudah dihaluskan, tambahkan air. Rebus hingga mendidih, masukan sisa bahan lain. Terakhir, kentalkan dengan tepung kanji yang sudah dilarutkan dengan air. Cicipi, paskan rasanya.

Siapkan panci, isi dengan air yang banyak, lalu masak di atas kompor. Sementara menunggu air mendidih, kita siapkan adonan ciloknya. Campurkan kanji dengan semua bahan, kecuali air, aduk rata. Kucuri dengan air mendidih, aduk dengan sendok kayu, karena masih panas, jika sudah agak dingin, lanjutkan mengaduk dengan tangan. Ambil sedikit adonan, kemudian bentuk bulat. Masukan ke dalam panci yang airnya sudah mendidih. Masak hingga terapung, dan jangan langsung diangkat, biarkan dulu beberapa saat, untuk memastikan dalamnya matang merata. Lakukan sampai habis. Angkat semua bola aci, lalu kukus selama kurang lebih 10 menit. Jika ingin disajikan, ambil dari kukusan langsung ditusukan ke dalam lidi atau tusukan bambu. Sajikan dengan bumbu kacangnya.


Selamat mencoba, semoga bermanfaat...


Salam,


9 Komentar

  1. hwaaaaaa baru nyadar tema motret kita di posting terakhir ini mirip yaaaa...sama2 lg nuang saus dan udahannya tempat saus belepotan. Tosssss teeehhh ! :D *skrg manggil teh ah, abis selalu ada tulisan sundanya, pasti orang sunda* :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heem mbak tapi yang punya saya mah dudul banged heuheu motretnya kesorean...:(
      xixixi, ga apa2 mbak, manggil apa aja, nama jg boleh kok...:D

      Hapus
  2. Saya klo mbikin juga jauh lebih banyak terigunya Mbaak... Tooss deh :)

    BalasHapus
  3. euleuh... teteh, eta gedung cilok.... aya-aya wae, tapi emang lebih mirip cilok daripada jambu air

    BalasHapus
    Balasan
    1. muhun...
      heuheu, janten berimajinasi liar..:D

      Hapus
  4. Mangga di cobian Cilok Aisyah asli Bandung

    BalasHapus
  5. Aq bikin cilok dalem nya masih mentah padahal ngerebus nya udah lamaaaaaaaa bngeeeey rasanya pas dicoba terigu mentah apa yg salah ya??sedih saya huhuhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah d rebus sampai mengapung terus di kukus dulu kurang lebih 15-30 menit

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar jika berkenan...kalau kebaca Insyaalloh dibales, kalau enggak jangan ngambek, berarti yang punya blog lagi kelilipan nggak ketauan ada komentar nyelip^^